Posisi menentukan prestasi Dan Prestasi menetukan Posisi

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 09 Desember 2012

Laporan Pendahuluan pada klien dengan ca tiroid



Asuhan keperawatan pada klien dengan ca tiroid
I .Konsep medik
a. Definisi
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh.
Karsinoma umumnya tergolong pada slow growing tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang lambat serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Namun sebagian kecil adapula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, nervus recurrent, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati.
b. Faktor resiko
Faktor resiko yang menyebabkan karsinoma tiroid adalah sebagai berikut:
Usia; terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia <>45 tahun.
Sex; wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada karsinoma ini.
Ras; ras asia dan kulit putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi.
Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma nodosa mengalami degenrasi maligna.
Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.
Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%.
c. Klasifikasi karsinoma tiroid
1. Klasifikasi menurut who
A. Tumor epitel maligna
1) karsinoma folikulare
2) karsinoma papilare
3) campuran antara folikulare dan papilare
4) karsinoma sel squamosa
5) karsinoma medulare
B. Tumor non epitel maligna: fibrosarkoma
C. Tumor maligna lainnya
1) sarkoma
2) limfoma maligna
3) hemangiothelioma maligna
4) teratoma maligna
2. Klasifikasi menurut buku ajar ilmu bedah de jong
A. Karsinoma tiroid berdiferensiasi baik
1) tipe papiler
2) tipe folikuler
3) campuran keduanya
B. Karsinoma meduler yang berasal dari sel c parafolikuler
C. Karsinoma yang berdiferensiasi buruk yaitu tipe anaplastik
3. Klasifikasi berdasarkan sistem tnm
A. T à tumor primer
Tx:tumor primer tidak dapat dinilai
To:tidak didapat tumor primer
T1:tumor berukuran <>
T2:tumor berukuran > 1 cm sampai dengan <>
T3:tumor berukuran > 4 cm, masih terbatas pada tiroid.
T4:tumor yang berukuran apasaja yang telah berekstensi keluar kapsul.
B. N à kelenjar getah benign regional
Nx:kelenjar getah bening tidak dapat dinilai.
N0:tidak didapatkan metastase kelenjar getah bening.
N1:didapatkan metastase kelenjar getah bening.
N1a:didapatkan metastase kelenjar getah bening cervical ipsilateral
N1b didapatkan metastase kelenjar getah bening cervical bilateral, midline, contralateral atau ke kelenjar getah bening mediastinal
C. M à metastase jauh
Mx:metastase jauh belum dapat dinilai.
Mo:belum didaatkan metastase jauh.
M1:sudah didapatkan metastase jauh.
4. Menurut mc kenzi (1971), ada 4 tipe jaringan karsinoma tiroid yang berbeda yang dipakai untuk pelaksanaan sehari-hari, yaitu:
A. Karsinoma tiroid papilar.
Tipe ini yang palng banyak ditemukan sekitar 60-70% dari ke empat tipe di atas. Umumnya tipe ini tumbuh lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan tiroidektomi parsial atau total. Termasuk golongan yang berdiferensiasi baik. Biasanya terdapat pada usia kurang dari 40 tahun dan wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada pria. Diagnosis biasanya dapat ditegakkan dengan biopsi jarum halus dan pemeriksaan sitologi.
Gambaran histopatologik karakteristik adalah ditemukan struktur papiler dan sel-sel ganas yang uniform baik ukuran maupun intinya. Kadang-kadang tipe ini disertai adanya folikuler di tengah-tengah struktur yang papiler. Penyebaran terutama melalui sistem getah bening yang mula-mula ke kelenjar regional. Dapat juga bermetastase jauh ke paru-paru, tulang. Biasanya terdapat multisentris atau bilateral. Tumor primer atau recurent dapat menginfiltrasi trakhea atau esophagus sehingga menimbulkan gejala obstruksi. Occult papilary carcinoma hanya diketahui secara kebetulan waktu operasi karena ukuran yang kecil, yaitu <>
B. Karsinoma tiroid folikular.
Golongan terbanyak kedua setelah adenokarsinoma papilare. Lebih ganas dari golongan pertama dan dapat ditemukan pada semua umur. Tetapi lebih banyak pada usia > 40 tahun. Lebih sering unilateral daripada bilateral.
Gambaran histopatologi menunjukkan struktur kelenjar. Penyebaran terutama melalui sistem vaskuler (hematogen), matastase jauh ke tulang, alat-alat viscera seperti hati dan paru. Jarang ke kelenjar getah bening regional. Kemungkinan untuk mengalami transformasi menjadi akarsinoma anaplastik dua kali lebih besar dibandingkan karsinoma papiler. Diagnosa jenis folikuler didasarkan pada ada atau tidaknya invasi sel tumor ke kapsul tiroid atau pembuluh darah.
Karakteristik dari tipe ini adalah terjadi pada usia 40-60 tahun, wanita lebih sering daripada pria, tumor soliter dan berkapsul, pada orang-orang yang terpajan sinar radiasi, menginvasi struktur vaskuler dan penyebaran biasanya melalui hematogen ke paru, hati, tulang, badder, otak dan kulit. Dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “the recurrent laringeal nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
Pembedahan untuk jenis karsinoma ini adalah lobektomi total pada sisi yang terkena. Juga karena sel karsinoma ini menangkap yodium, maka radioterapi dengan y 131 dapat digunakan dengan pengukuran kadar tsh sebagai follow up bahwa dosis yang digunakan bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor.
C. Karsinoma tiroid medular.
Sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun). Berasal dari sel c atau parafolikuler kelenjar gondok yang banyak mengandung amiloid, yang merupakan sifat khasnya. Juga mengeluarkan kalsitonin yang dapat diukur dengan radioimmunoassay yang dapat digunakan untuk screening atau follow up studi dari penyakit ini. Di samping itu, acth, prostaglandin, dan histamin. Disebut juga karsinoma solidum karena jenis ini keras seperti batu. Sering didapatkan bersamaan dengan penyakit atau gangguan hormonal lainnya seperti adenoma paratiroid, pheokromositoma. Tipe ini bersifat familier dan herediter. Penyebaran melalui sistem getah bening, tidak berhubungan dengan riwayat radiasi, sering residitif dan bisa dipantau melalui kadar kalsitonin darah. Prognosis buruk bila usia > 50 tahun, pria, terdapat metastase dan bila ada tumor kelenjar endokrin lain yang menyertai.
Bentuk-bentuk kelainan klinis tipe medulare:
1) sporadic, 80% dari tipe medulare. Biasanya unilateral dan tidak berhubungan dengan kelainan di organ endokrin lain. Onset pada 40-60 tahun. Wanita:pria = 3:2 dan dapat disertai diare.
2) men ii-a (sipple sindrom) yaitu karsinoma medulare bilateral, hiperparatiroid. Sindrom ini berhubungan dengan adanya defek pada genetik. Puncak onset yaitu pada usia 30 tahun-an. Wanita dan pria sama insidennya.
3) men ii-b yaitu karsinoma medulare, pheokromositoma, ganglioneuroma pada mukosa dan habitus marfanoid. Berhubungan dengan defek genetic juga. Biasanya muncul pada usia 30 tahun-an. Wanita dan pria sama insidennya.
D. Karsinoma tiroid anaplastik.
Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal. Dalam beberapa pekan atau bulan sudah menyebabkan keluhan-keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma berupa gejala obstruksi pernapasan atau obstruksi esofagus. Keadaan umum cepat menurun dan tumor cepat mengadakan metastase jauh. Sering disertai rasa nyeri dan nyeri alih ke daerah telinga dan suara dapat menjadi serak karena ada infiltrasi ke nervus rekurens, sering juga menyebabkan disfagia dan dispnea.
Tipe ini secara histopatologi terdiri dari anaplastikspindle cell, giant cell dam small cell. Banyak ditemukan mitosis dan penyebaran melalui sistem getah bening. Pada beberapa keadaan, jenis ini berasal dari karsinoma jenis papiler yang tidak diobati atau karsinoma papiler yang sudah diobati dengan radiasi.
Karakteristik dari tipe ini:
1) rasio wanita lebih besar dibanding pria (2:1)
2) sangat jarang pada anak
3) onset pada usia <65>
4) bisa timbul pasca radiasi setelah bertahun-tahun lamanya
5) penjalaran ke kgb pada 90% kasus
6) biasanya keluhan berupa adanya kelenjar tiroid yang berkembang dengan cepat karena adanya riwayat struma jinak.
7) kadang pasien butuh trakeostomi untuk membantu pernapasan karena tipe ini paling parah menginfiltrasi trakea sampai ke lumen sehingga terjadi dispnea disertai dengan stridor.
8) angka kesembuhan sangat rendah
9) sering terjadi metastase yang jauh.
Pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen torak dan seluruh tulang tubuh untuk mencari metastasis. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.
d. Patofisiologi
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).
Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
e. Gambaran klinis
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
- riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
- pertumbuhan tumor cepat.
- nodul teraba keras.
- fiksasi daerah sekitar.
- paralisis pita suara.
- pembesaran kelenjar limpa regional.
- adanya metastasis jauh.
Kecurigaan sedang adalah:
- usia <> 60 tahun.
- riwayat radiasi leher.
- jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
- tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
- diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.
f. Diagnosa medik
1. Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
§ adanya benjolan di leher depan atau lateral
§ bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea
B. Palpasi
§ benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan ikut ke atas.
§ pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa digerakkan dari dasarnya.
§ bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan pada trakea.
§ perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran kgb regional secara lengkap.
§ dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula, sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.
2. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
1) pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
2) untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar kalsitonin dan vma.
B. Radiology
1) foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2) dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase dan pendesakkan trakea.
3) esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke esophagus.
4) pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.
C. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran kgb. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan fnab.
D. Scanning tiroid
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid. Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
- memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
- memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti nodul soliter.
- memperlihatkan retrosternal struma
- mencari occul neoplasma pada tiroid.
- mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
- mengindentifikasi ektopik tiroid.
- mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
- needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab (biopsy jarum halus).
E. Pemeriksaan potong beku; dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi definitive.
F. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe; pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
g. Diagnosa banding
1. Struma difus toksik (basedow = grave’s disease). Merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang umumnya difus. Terdapat gejala hipertiroid yang jelas berupa berdebar- debar, gelisah, palpitasi, banyak keringat, kulit halus dan hangat, kadang- kadang ditemukan exopthalmus.
2. Struma nodosa non toksik. Disebabkan oleh kekurangan yodium dalam makanan (biasanya didaerah pegunungan) atau dishormogenesis (defek bawaan).
3. Tiroiditis sub akut, biasanya sehabis infeksi saluran pernafasan. Pembesaran yang terjadi simetris dan nyeri disertai penurunan berat badan, disfagia, nervositas, dan otalgia.
4. Tiroiditis riedel, terutama pada wanita <>
5. Struma hashimoto, sering pada wanita. Merupakan penyakit autoimun, biasanya ditandai dengan benjolan struma difusa disertai dengan keadaan hipotiroid, tanpa rasa nyeri.
6. Adenoma paratiroid, biasanya tidak teraba dan terdapat perubahan kadar kalsium dan fosfor
7. Karsinoma paratiroid, biasanya teraba, terdapat metastasis ketulang, kadar kalsium naik dan batu ginjal dapat ditemukan.
8. Metastasis tumor
9. Teratoma, biasanya pada anak- anak dan berbatasan dengan kelenjar tiroid.
10. Limfoma maligna
h. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila suspek maligna ditentukan pula apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila operable, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik, atau lobektomi subtotal dengan resiko bila ganas ada kemungkinan sel- sel karsinoma yang tertinggal. Tindakan yang biasa dilakukan adalah tiroidektomi total.
Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada persangkaan keganasan, pemeriksaan prefarat sediaan beku dilakukan dengan potongan- potongan kebeberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi saja sudah cukup memadai. Bila ganas, lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan near total tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan.
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus kontralateral, maka dilakukan:
A) radiasi interna dengan i131. Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap i131 terutama yang follicular. Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan pemberian i131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal rusak semua, baru sisa i131 bisa merusak jaringan tumor.
B) radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor- tumor inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan i131. Sebaiknya dengan sinar elektron15- 20 mw dengan dosis 400 rad. Sumsum tulang harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis.
3. Khemoterapi
Pada kanker tiroid yang bermetastasis regional yang inoperable juga pada tumor yang bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk.
4. Follow- up
Enam minggu setelah tindakan tiroidektomi total dilakukan pemeriksaan sidik terhadap sisa jaringan tiroid normal. Bila ada dilakukan ablasio dengan i131, kemudian dilanjutkan dengan terapi supresi dengan sampai kadar tshs <>
Pada follow karsinoma tiroid berdifferensiasi baik diperiksa kadar human tiroglobulin. Dan pada karsinoma tiroid medullare diperiksa kadar kalsitonin.
i. Komplikasi
Komplikasi yang seringkali muncul adalah pada tiroidektomi yang meliputi:
1. Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian pada saat operasi harus diutamakan.
4. Sepsis yang meluas ke mdiastinum. Seharusnya ini tidak doleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
5. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan pemeriksaan klinik dan biokomia yang tepat pasca bedah.
6. Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat pembedahan.
j. Prognosis
Karena kebanyakan kanker tiroid berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium dan menghasilkan tiroglobulin, maka ini dapat digunakan dalam pengawasan karsinoma tiroid berdifferensiasi yang muncul dari sel folikular dan meramalkan penyakit berulang yang muncul setelah tiroidektomi. Indeks yang dipakai untuk melihat kelangsungan hidup pasien karsinoma tiroid adalah usia saat didiagnosis, ada atau tidaknya metastasis, jenis kelamin pasien, diameter tumor dan jenis histopatologikal. Angka ketahanan hidup 5 tahun adenokarsinoma tiroid adalah tipe papiller (80- 90%), follikuler (50- 70%), meduller (30- 40%), anaplastik (<>
II. Konsep keperawatan
Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Dx. Kep: Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan: Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi: Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup, mengungkapkan pe-mahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh rileks.
Tindakan:
Intervensi
Rasional
Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi, termasuk test laboratorium pra op, persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal diruang pemulihan dan program pasca operasi. Informasikan klien bahwa obatnya tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri sebelum nyerinya bertambah hebat.
Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan menelan dapat dialami setelah pembedahan, tetapi akan hilang secara bertahap dengan berkurangnya bengkak ± 3-5 hari.
Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana menyokong leher untuk menghindari tegangan pada insisi bila turun dari tempat tidur atau batuk.
Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan, perbaiki jika ada kekeliruan konsep. Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah.
Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu dokter jika ada kelainan dari test lab. Pre op.
Pengetahuan tentang apa yang diperlukan membantu mengurangi ansietas & meningkatkan kerjasama klien selama pemulihan, mempertahankan kadar analgesik darah konstan, memberikan kontrol nyeri terbaik.
Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.
Praktek aktifitas-aktifitas pasca operasi membantu menjamin penurunan program pasca operasi terkomplikasi.
Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber kekuatan. Keluarga adalah sistem pendukung bagi klien. Agar efektif, sistem pendukung harus mempunyai mekanisme yang kuat.
Daftar cek memastikan semua aktifi-tas yang diperlukan telah lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk memas-tikan klien telah siap secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko lamanya penyembuhan.
2. Dx. Kep: Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan: Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap krisis. Klien dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga.
Kriteria evaluasi: Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter. Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit. Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap anggota keluarga.
Tindakan:
Intervensi
Rasional
Bantu klien & keluarga dalam menghadapi ke-khawatiran terhadap situasi: resikonya, pilihan yang ada serta bantuan yang didapat.
Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi & mendukung untuk klien & keluarga.
Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit bila memungkin-kan.
Bantu anggota keluarga untuk mengubah harapan-harapan klien yang sakit dalam suatu sikap yang realistis.
Buatlah daftar bantuan profesional lain bila masalah-masalah meluas diluar batas-batas ke-perawatan.
Klien & keluarga mengetahui segala sesuatu yang mungkin dapat menyebabkan kekha-watiran serta dapat mengatasi nya.
Klien merasa terlindungi rasa amannya.
Klien mendapat perhatian & kasih sayang dari keluarga-nya & keluarga dapat berpe-ran lebih aktif dalam merawat klien.
Harapan yang tidak realistis membuat kelurga berpikir ti-dak objektif.
Dengan mengetahui bantuan profesional diharapkan klien & keluarga dapat mencari al-ternatif & usaha lain dalam mengobati & merawat klien.
3. Dx. Kep: Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten, aspirasi dicegah.
Tindakan:
Intervensi
Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman dan kerja otot-otot pernapasan.
Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronkhi.
Monitor tanda-tanda respiratori distres, sia-nosis, takipnea & nafas yang berbunyi.
Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post op, kemudian tiap 4 jam.
Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung es (ice bag) untuk mengurangi bengkak.
Identifikasi adanya mati rasa.
Monitor tingkat serum kalsium.
Siapkan peralatan emergency untuk tracheostomy, suction, oksigen, perlengkapan be-nang jahit bedah dan kalsium iv, dalam keadaan siap pakai.
Berkembangnya distress pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakhea karena adanya edema atau perdarahan.
Ronkhi merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi dan dan intervensi segera.
Memonitor & mengkaji terus menerus dapat membantu untuk mende-teksi & mencegah masalah pernafasan.
Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena adanya udem post op.
Dengan mempertahankan posisi & pemberian es dapat mengurangi pembengkakan.
Kerusakan pada saraf laringeal selama pembedahan tiroid dapat menyebabkan penutupan glotis.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau pemotongan kelenjar paratiroid dapat menyebabkan tetani & laringo-spasm.
Persiapan untuk gawat darurat memastikan pemberian perawatan yang cepat & tepat.
4. Dx. Kep: Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks.
Tindakan:
Intervensi
Rasional
Kaji tanda-tanda nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas dan lamanya.
Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal kecil.
Anjurkan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif.
Berikan analgesik narkotik yang diresep-kan & evaluasi keefektifannya.
Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan-tindakan untuk mencegah peregangan pada insisi seperti:
- menyokong leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari tempat tidur.
- menghindari hiper ekstensi & fleksi akut leher.
Bermanfaat dalam meng-evaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi.
Mencegah hiperekstensi leher dan melidungi integritas garis jahitan.
Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
Analgesik narkotik perlu pada nye-ri hebat untuk memblok rasa nyeri.
Peregangan pada garis jahitan ada-lah sumber ketidak nyamanan.
5. Dx. Kep: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/ ke-rusakan saraf laring; edema jaringan, ketidaknyamanan.
Tujuan: Penyampaian dan penerimaan pesan dapat dipahami oleh pasien.
Kriteria evaluasi: Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan dapat dipahami.
Tindakan:
Intervensi
Rasional
Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak berbicara secara terus menerus.
Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Memberikan metode komunikasi alernatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.
Pertahankan lingkungan yang tenang.
Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada saraf laryngeal dan berakhir dalam beberapa hari.
Menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara.
Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan.
Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien yang harus didengarkan.