Posisi menentukan prestasi Dan Prestasi menetukan Posisi

Rabu, 09 November 2011

Gubernur Emosional, Rakyat Berontak

Ide nasionalisasi aset asal Malaysia, ditentang. Sesumbar Cornelis tak realistis. Rakyat perbatasan banyak bergantung hidup dari perkebunan. Jangan jadikan patok batas komoditas politik.
KALBAR – Patok perbatasan dan sesumbar nasionalisasi aset Malaysia yang dikemukakan Gubernur Kalbar, Cornelis, dianggap sebagai pengalihan isu akibat buruknya perhatian Pemprov terhadap perbatasan.
“Terlalu jauh pernyataan seperti itu. Mengancam investasi asing tidak boleh dilakukan karena implikasinya akan besar. Gubernur terlalu gegabah, emosional,” kata Awang Sofian Rozali, Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kalbar kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (7/11).
Pemprov dituntut bijak mengatasi persoalan perbatasan, terutama soal kemiskinan dan infrastruktur. Upaya untuk meminimalisasi terjadinya kesenjangan ekonomi rakyat bisa dengan jalan lain.
Awang sangat menyayangkan pernyataan Gubernur Kalbar menyikapi persoalan batas negara di Camar Bulan dan titik batas lainnya. Ancaman nasionalisasi investasi asal Malaysia terlalu berlebihan.
“Kita sepaham untuk menjaga NKRI agar tidak sejengkal tanah pun dicaplok oleh negara lain. Tetapi Gubernur sebagai perwakilan pemerintah hendaknya menjalankan urusannya sesuai diamanatkan dalam PP 19 Tahun 2010,” tegas Awang.
Artinya, kata dia, pendekatan kesejahteraan di daerah perbatasan juga harus diperhatikan Pemprov dengan terus melakukan koordinasi dan lobi ke pemerintah pusat untuk mendapatkan kucuran dana.
Apalagi, sambung Awang, dalam PP 19/2010 itu juga disebutkan Gubernur sebagai wakil pemerintah melaksanakan urusan pemerintahan di wilayah provinsi yang menjadi kewenangan pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembangunan ekonomi masyarakat di perbatasan, kata Awang, sudah sangat mendesak. Itu yang seharusnya diperjuangkan Pemprov ke pusat. Bukan malah mengancam investasi Malaysia.
“Tak bijak seorang Gubernur bicara seperti itu. Padahal sebagian besar penanaman modal asing di Kalbar di bidang perkebunan sawit didominasi Malaysia. Ucapan itu sangat kontraproduktif dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen. Kalau perkebunan sawit tidak ada dan rakyat banyak yang kehilangan pekerjaan, apa jadinya,” ujar Awang.
Di Sanggau, sesumbar Cornelis untuk nasionalisasi aset asal Malaysia ditentang habis-habisan. Termasuk soal politisasi tapal batas. “Jangan asal ngomong, tak semudah itu untuk menasionalisasi perkebunan di perbatasan itu,” kata Abang Indra, Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Sanggau, kemarin (7/11).
Indra meminta Cornelis untuk tidak sombong karena selama ini investor Malaysia telah ikut menyejahterakan masyarakat perbatasan. “Kita apa yang dibuat, memperjuangkan perbatasan saja, tak bisa,” ujar dia seraya menolak mentah-mentah jika persoalan di perbatasan jadi komoditas politik jelang pilgub.
Ia mengharapkan masyarakat harus memahami. Tapal batas itu, kewenangan pusat. “Jadi berteriak setinggi langit pun, pejabat daerah belum tentu didengar pusat. Artinya, masyarakat jangan terjebak omongan yang memolitisasi tapal batas untuk kepentingan politik tertentu sekarang ini,” paparnya.
Masyarakat di perbatasan selama ini, kata dia, hidup rukun dan tenteram. Mereka lebih mementingkan bagaimana mencari makan. Persoalan tapal batas, itu urusan negara dengan pemerintah Malaysia. “Persoalan yang urgen sekarang, bagaimana pemerintah membangun infrastruktur dan peningkatan perekonomian masyarakat di perbatasan,” ujarnya.
Jadi, kata dia, jika pemerintah memikirkan masyarakat. Jelas harus membangun perbatasan, bukan malah isu perbatasan dibawa ke ranah politik.
Ketua KNPI Kabupaten Sanggau, Ahkmad Zuhri mengungkapkan, seharusnya pemerintah membangun wilayah perbatasan sehingga mampu menandingi Malaysia. “Yang lain, saya rasa tak penting. Mau dijual untuk kepentingan politik pun tak akan laku. Saya yakin masyarakat perbatasan sudah merasakan bagaimana kehidupan selama ini. Mereka terpuruk, ini bukan hanya kesalahan pemerintah pusat,” pungkasnya. (jul/sry

0 komentar:

Posting Komentar