Posisi menentukan prestasi Dan Prestasi menetukan Posisi

Senin, 19 Desember 2011

Tips Awet Muda


Jangan berhenti meregenerasi diri. Reborn. Lahir ulang. Maka anda akan awet muda.


Tentu lahir ulang itu bukan berarti kita masuk kembali ke dalam rahim ibu. Tetapi pikiran kita, mental kita, yang lahir ulang.
Maksudnya bagaimana?
Coba kita perhatikan. Usia manusia itu makin lama makin panjang. Di jaman purba usia rata-rata manusia sekitar 20 tahun. Jaman Yunani dan Romawi, sekitar 30 tahun. Jaman kalifat Islam, 35 tahun. Awal abad 20, sudah 40 tahun. Hari ini usia rata-rata kita sudah mencapai sekitar 65 tahun.
Kita bisa seperti itu pasti bukan unsur genetika. Karena genetika spesis manusia tidak berubah sedrastis itu. Ini lebih karena cara kita memperlakukan diri kita. Cara lingkungan hidup yang aman dikembangkan. Cara kita berinteraksi sosial secara damai. Ini semua membuat rata-rata usia kita makin panjang.
Kalau begitu apa bisa dibuat lebih panjang lagi? Mungkin lebih tepat lagi, apakah kita bisa dibuat tetap sehat dalam usia panjang. Karena percuma usia panjang kalau selama itu kita sakit dan tidak berdaya, secara pikiran (mis terkena alzheimer) atau secara fisik (mis terkena osterophorosis).
Kuncinya ada pada regenerasi sel, dan reborn.
Pengertian saya begini. Anak kecil terus bertumbuh karena setiap hari ada saja sesuatu yang baru baginya, sesuatu untuk ia pelajari. Oleh sebab itu ia menjadi aktif ke sana ke mari. Hasilnya koneksi dalam jaringan otaknya terus diregenerasi. Sel-sel dalam dirinya terus diregenerasi. Maka ia bertumbuh dan berkembang.
Mengapa kemudian setelah usia tertentu, katakanlah 50an, dia mulai tampak tua, kondisi merosot, dan mulai sakit-sakitan?
Teori saya: orang lekas tua karena dia menyerah tidak lagi mau melakukan sesuatu yang baru seperti anak kecil itu.
Dia merasa tidak lagi perlu belajar sesuatu yang baru, seperti anak kecil. Dia merasa tidak perlu mempelajari skill baru. Mendapat pengetahuan baru. Mencipta sesuatu yang baru.
Dia tidak lagi melakukannya, karena dia pikir itu sudah cukup. Itu kan urusan anak sekolah. Saya tidak lagi perlu, karena sudah lulus.
Akibatnya apa?
Otaknya berhenti meregenerasi jaringan. Otaknya menjadi malas. Ini berakibat aktifitas sarafnya melemah, dan ototnya kemudian tidak lagi aktif di gerakkan.
Nah ada prinsip: use it or lose it. Gunakan atau diambil hilang. Otot yang tidak digunakan akan mengkerut dan melemah. Jaringan koneksi sel otak yang tidak digunakan akan hilang.
Dan ada unsur adaptif dalam tubuh kita, terkait penghematan energi. Karena otak dan otot mulai tidak seaktif semula, jaringan makanan dan energipun berkurang ke sana. Dan saat sel-sel mati, tidak diperlukan regenerasi, karena apa yang ada sudah cukup untuk menunjang keatifan (tepatnya kepasifan) otak dan otot kita. Dan kita menjadi tua dengan matinya sel-sel tanpa regenerasi yang cukup.
You see? Sikap kita yang merasa terlalu tua untuk belajar dan beraktivitas memicu siklus penuaan.
Jadi kalau konsep saya ini benar, maka cara untuk awet muda sudah jelas: reborn. Secara mental anda harus menanggap diri menjadi anak kecil lagi. Yang masih harus belajar banyak. Yang masih terpesona dengan berbagai hal kecil. Yang ingin tahu tentang banyak hal. Meskipun anda sudah lewat 40an, coba punya mental dan kuriositas seperti anak kecil itu.
Dan jangan kuatir. Hari ini begitu banyak hal baru yang anda belum pelajari. Dari sejarah, science, teknologi, budaya, sampai pada hal-hal yang bersifat skill dan keterampilan. Misalnya, daripada ribut-ribut soal tari pendet, why don’t you learn how to dance pendet? Atau anda bisa belajar bahasa Jepang sampai fasih. Atau belajar matematika sampai lulus S3?
Benyamin Franklin mencipta kacamata fokus ganda pada usia 78 tahun. Arsitek Wright mendesai museum Guggenheim pada usia 90 tahun. Pada saat Pablo Casals, pemain cello, berusia 91 tahun, seorang muridnya menghampiri dan bertanya, “Guru, mengapa engkau masih terus berlatih cello secara rutin?” Casal menjawab, “Karena saya mendapat kemajuan…”
Jadi, hayu. Mari jadi kelinci percobaan teori saya ini. Awet muda diperoleh dengan melahirkan ulang mental kita diri kita. Kembali seperti anak-anak dengan antusias, kuriositas, dan semangat belajar yang tinggi terhadap sesuatu yang baru. Kemudian tidak berhenti beraktivitas yang membutuhkan skill

0 komentar:

Posting Komentar