BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bila
setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi yang
dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan berguna bagi
orang tua, bangsa dan negera. Salah satunya untuk mewujudkan hal itu adalah
dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini. ASI eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain
yang diberikan pada bayi sampai umur 6 bulan (Dinkes, 2008). ASI mengandung
semua zat gizi yang diperlukan bayi dan di produksi khusus oleh tubuh ibu untuk
bayinya. Agar ASI cepat keluar maka dianjurkan bayi disusui dalam 30 menit
pertama setelah dilahirkan. Komposisi ASI yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan
mengandung Zat pelindung dengan kandungan terbanyak ada pada kolustrum.
Kolustrum adalah ASI yang berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama
setelah bayi lahir
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi saluran pernafasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman, 2006: 48-51). Namun saat ini pemberian ASI eksklusif semakin menurun, penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, ekonomi. Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini (Agnes, 2007).
Pada dasarnya saat ini banyak ibu yang memberikan pengganti ASI sebelum bayi berumur 6 bulan. Seharusnya pemberian ASI paling baik diberikan sampai umur 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun. Jika dipaksa untuk mengonsumsi selain ASI tidak menutup kemungkinan bayi bisa sakit. Hal ini dikarenakan dapat mengakibatkan kekebalan bayi menurun. Padahal pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama terbukti menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) yang merupakan indikator kesehatan (Kompas, 2007).
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah membuat program-program yang dapat mendukung penggunaan ASI eksklusif antara lain melalui pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada masyarakat. Penelitian-penelitian yang dapat menunjang program pemberian ASI eksklusif seperti tentang komposisi ASI juga terus dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi”.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas banyak sekali faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu,
maka dari itu peneliti membatasi pada tingkat tahu. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif pada bayi umur 0-6.
1.3 Tujuan Penelitian
Dari
uraian pembatasan dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan
di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Secara Teoritis
Penelitian
ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai pengetahuan ibu
tentang pemberian ASI eksklusif.
1.4.2
Secara Praktis
Meningkatkan
kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang pemberian ASI eksklusif.
1.4.3
Bagi Peneliti
Penelitian
ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah diperoleh dalam
bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam menganalisa suatu masalah
Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Pengetahuan
1.
Pengertian Pengetahuan
Pengertian
Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
diketahui; kepandaian (2003).
Pengertian pengetahuan menurut Natoatmodjo
adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman
dalam membentuk tindakan seseorang (2002).
Pengertian
pengetahuan menurut Natoatmodjo adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (2003).
Pengetahuan adalah informasi atau
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya.
2.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan
yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 tingkat, yakni :
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan
protein pada anak balita.
b.
Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Contoh,
menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggunakan
rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem
solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya
e.
Sintesis (synthesis)
Sintesis
menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya: dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f.
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.evaluasi dilakukan
dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
3.
Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
a.
Faktor Instrinsik
Faktor
instrensik mencakup : Sifat Kepribadian, Bakat Pembawaan, Intelegensi,
Motivasi, Usia dan Pengalaman, Pendidikan, Pekerjaan, dan Informasi.
b.
Faktor Ekstrinsik.
Faktor
Ekstrensik mencakup : Lingkungan, Agama, dan Kebudayaan
B.
Konsep ASI Eksklusif
1.
Pengertian ASI Eksklusif
a.
Pengertian ASI (air susu ibu) menurut Hubertin
2004 merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibuyang berguna
sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI
sedini mungkin setelah persalinan yang di berikan tanpa jadwal dan tidak di
beri makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berusia enam bulan.
Setelah enam bulan, bayi mulai di kenalkan dengan makanan lain dan tetap di
beri asi.
b.
Pengertian menurut Utami Roesli 2008 ASI
eksklusif merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas terbaik . Masa
lompatan pertumbuhan otak adalah 0-6 bulan bahkan sampai 2 tahun.
c. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk
air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan
usia 6 bulan (Sulityawati:2009).
d. Sedangkan
menurut (Dwi Sunar Prasetyono:2009) ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan
obat.
2.
Komponen ASI
Kandungan ASI nyaris tak
tertandingi. ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk
menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya.
Kandungan ASI yang utama terdiri dari:
a.
Laktosa
merupakan jenis karbohidrat
utama dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi. Selain itu laktosa
juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan
sistem syaraf. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa
pertumbuhan bayi.
b. Lemak
merupakan zat gizi terbesar
kedua di ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam
pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak
esensial yaitu: asam linoleat dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh
tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan
otak bayi.
c. Oligosakarida
merupakan komponen bioaktif di
ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah
bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan bayi.
d. Protein
Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan.
3. Komponen
dan Voleme ASI
Komposisi dan volume dapat
berubah saat dilahirkan dan 6 bulan kemudian. Berdasarkan waktu produksinya,
ASI digolongan dalam tiga kelompok yakni :
a. Kolostrum
Kolostrum
(susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah kelahiran bayi,
berwarna kekuningan dan lebih kental, karena menagandung banyak vitamin A,
protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit
infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin A, E, dan K serta beberapa mineral
seperti Natrium dan Zn (Depkes RI, 2001). Menurut Roesli (2000) kolostrum
adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 yang merupakan cairan
emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Volume
kolostrum adalah 150 – 300 ml / 24 jam.
b. ASI
transisi/peralihan.
ASI peralihan
adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi matang.
Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran. Kandungan protein akan
makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan
pada kolostrum, juga volume akan makin meningkat (Krisnatuti, 2000).
c. ASI matang/mature.
ASI matang/mature
adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya komposisi
relatif tetap (Roesli, 2000). Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan
yang diakibatkan warna dari gambar Ca-casenat riboflavin, dan karoten yang
terdapat di dalamnya. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai
umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997). Selama 6 bulan pertama, volume ASI pada ibu
sekurang-kurangnya sekitar 500 – 700 ml/hari, bulan kedua sekitar 400 – 600
ml/hari dan 300 – 500 ml/hari setelah bayi berusia satu tahun (Suhardjo, 1998).
4.
Manfaat Menyusui.
Manfaat
ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak, karena dengan
menyusui tidak hanya memberi keuntungan pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu
dan keluarga, bahkan bagi negara.
a.
Manfaat menyusui bagi
bayi
1)
Ditinjau dari aspek gizi
Kandungan
gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang
optimal. Mudah dicerna dan diserap, karena perbandingan whey protein /casein
adalah 80/20, sedangkan susu sapi 40/60. Disamping itu ASI mengandung lipase
yang memecah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Laktosa dalam ASI
mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa, dan enzim laktase sudah ada sejak
bayi lahir.
2)
Ditinjau dari aspek imonologi
Mengandung
kekebalan antara lain:
Imunitas
selular yaitu lekosit sekitar 4000/ml ASI yang terutama terdiri dari Makrofag
Imunitas humoral, misalnya IgA- enzim pada ASI yang mempunyai efek antibakteri
misalnya lisozim, katalase dan peroksidase.Laktoferin Faktor bifidus Antibodi
lainnya: Interferon, faktor antistafilokokus, antibodi HSV, B12 binding
protein, dan komplemen C3 dan C4. Tidak menyebabkan alergi.
3)
Ditinjau dari aspek psikologis
Mendekatkan
hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting untuk
mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai orang lain / ibu dan
akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
b.
Keuntungan Menyusui
bagi Ibu
1)
Aspek kesehatan Ibu
Dapat
mengurangi pendarahan post partum,mempercepat involusi uterus dan mengurangi
insidens karsinoma payudara.
2)
Aspek psikologis
Mendekatkan
hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan dipelukan.
3)
Aspek keluarga berencana
Menunda
kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Perlu diketahui bahwa
frekuensi menyusui yang sering baru mempunyai efek keluarga berencana.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
a.
Rangsangan Otot Buah Dada
Produksi
ASI memerlukan rangsangan pada otot buah dada agar kelenjar buah dada bekerja
lebih efektif, otot buah dada yang terdiri dari otot polos dengan adanya
rangsangan akan berkontraksi lebih baik misalnya dengan melakukan massage /
mengurut buah dada, menyiram buah dada dengan air hangat dan dingin secara
bergantian.
b.
Keteraturan Anak Menghisap
Penghisapan
oleh anak mempunyai pengaruh dalam pengeluaran hormon pituitrin dengan adanya
pengeluaran hormon pituitrin yang lebih banyak, akan mempengaruhi kuatnya
kontraksi otot polos buah dada dan uterus dimana kontraksi pada buah dada
berpengaruh pada pembentukan air susu Ibu sedang kontraksi pada uterus untuk
mempercepat involusi.
c.
Keadaan Ibu
Untuk
dapat menghasilkan air susu Ibu yang cukup, keadaan Ibu harus sehat baik
jasmani dan rohani. Keadaan ini berpengaruh pada pembentukan produksi ASI
karena untuk pembentukannya bahan diambil dari Ibu. Bila Ibu tidak dapat
mensuplay bahan karena tubuh tidak sehat, input makanan yang kurang, untuk
membawa bahan yang akan diolah sel acini di buah dada maka bahan tidak sampai
pada sel acini tersebut. Dengan demikian, sel acini tidak memiliki bahan mentah
yang akan diolah menjadi ASI sehingga produksi ASI menurun.
d.
Faktor Makanan
Makanan
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ASI, karena ASI dibuat dari zat
makanan yang diambil dari darah Ibu yang sudah disiapkan sejak terjadinya kehamilan,
karena itu Ibu hamil harus mendapatkan yang cukup kualitas dan kuantitasnya
untuk kebnutuhan sendiri, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.
e.
Faktor Istirahat
Istirahat
berarti mengadakan pelemasan pada otot dan syaraf setelah mengalami ketegangan
dalam melaksanakan kegiatan. Dengan istirahat, akan timbul penyegaran kembali
demikian juga pada Ibu menyusui yang membutuhkan istirahat yang lebih banyak di
luar maupun di dalam tubuhnya yaitu untuk memproduksi ASI. Dalam beristirahat
sel dan jaringan akan mendapatkan kesegaran kembali dan dapat bekerja lebih
giat, hingga demikian, prosuksi ASI dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
f.
Faktor fisiologis
Terbentuknya
ASI dipengaruhi oleh hormon prolactin yang dikeluarkan sel alfa dari lobus
anterior kelenjar hypofise. Hormon ini merangsang sel acini untuk membentuk ASI
apabila ada kelainan misalnya hormone ini tidak terbentuk atau kurang yang
dikeluarkan dengan sendirinya rangsangan pada sel acini juga berkurang sehingga
sel acini pun jumlahnya kurang atau tidak dapat membentuk ASI
g.
Faktor Obat
Obat
yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI adalah obat yang mengandung
hormone. Hormon tersebut dikhawatirkan mempengaruhi hormone prolaktin dan
pituitrine yang berpengaruh pada pruduksi dan pengeluaran ASI. Apabila hormone
prolactin terhambat pengeluarannya karena obat yang mengandung hormone
tersebut,tentu rangsangan kepada sel acini untuk membentuk air susu akan
berkurang.
6.
Faktor
yang mempengaruhi pemberian ASI
a. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi
sangat berperan dimana sosial ekonomi yang cukup atau baik akan memudahkan
mencari pelayanan kesehatan yang lebih baik. Faktor ekonomi berkaitan erat
dengan konsumsi makanan atau dalam penyajian makanan keluarga khususnya dalam
pemberian ASI. Kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih kurang mencukupi kebutuhan
dirinya sendiri. Keadaan umum ini dikarenakan rendahnya pendapatan yang mereka
peroleh dan banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan dengan jumlah
pendapatan rendah, (SKRT, 2004).
b. Status Pekerjaan
Bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga, (Markum, 2003). Seorang yang memerlukan banyak
waktu dan tenaga untuk menyeleseikan pekerjaan yang dianggap penting dan
memerlukan perhatian dengan adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan
memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat
pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk
memberikan ASI pada bayinya.
c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya
sangat berperan dalam proses terjadinya masalah pemberian ASI diberbagai
kalangan masyarakat. Beberapa unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan
untuk tidak memberikan ASI karena merasa ketinggalan zaman jika menyusui
bayinya, hal ini sangat bertentangan dengan berbagai prinsip yang ada.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan,
pemberian ASI, pantangan, takhayul dan tahu yang menyebabkan konsumsi pemberian
ASI menjadi rendah, (Supariasa, 2001). Adanya pantangan tersebut didasarkan
pada keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang menurun.
d. Perawatan Waktu Lahir
Pertolongan pertama dan
terakhir kelahiran ditenaga kesehatan sangat penting dalam pengupayaan
keberhasilan pemberian ASI sejak dini di tempat pelayanan ibu bersalin sangat
tergantung pada petugas kesehatan, karena mereka adalah orang yang pertama akan
membantu ibu bersalin melakukan pemberian ASI sejak dini.
Pada saat perawatan
antenatal petugas kesehatan harus memotivasi ibu untuk memperhatikan dan
mempersiapkan payudara dengan melakukan perawatan payudara secara teratur. Pada
trimester III kehamilan, petugas kesehatan harus memberikan dorongan psikologis
kepada ibu dengan mengemukakan berbagai manfaat pemberian ASI, (Markum, 2003).
e. Ketenangan Jiwa dan
Pikiran
Pemberian ASI
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan,
sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan produksi ASI tidak bisa terjadi, (Soetjiningsih,
2004).
f. Kemauan Ibu
Seorang ibu yang secara
tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanyalah merupakan beban saja bagi
kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk ukuran tubuhnya, tidak akan dapat
menyusui anaknya dengan baik perasaan tersebut mempunyai pengaruh negatif
terhadap produksi susu, (Kristina, 2007).
g. Karakteristik Ibu
1)
Tingkat
Pendidikan Dalam Pemberian ASI
Tingkat pendidikan
merupakan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh seseorang tingkat
pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berperilaku secara
ilmiah.
Tingkat pendidikan yang
rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan, (Notoatmodjo,
2003).
Pendidikan diperoleh
melalui proses belajar yang khusus diselenggarakan dalam waktu tertentu, tempat
tertentu dan kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari bimbingan yang
diselenggarakan setiap waktu dengan maksud mempertinggi kemampuan atau
ketrampilan khusus. Dalam garis besar ada tiga tingkatan pendidikan yaitu
pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan tinggi. Masing-masing tingkat
pendidikan tersebut memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang sesuai dengan
tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh,
semakin tinggi pula pengetahuan tentang pemberian ASI yang dimiliki, (Tarmudji,
2003).
Pendidikan tentang
pemberian ASI merupakan suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan
pengertian tentang ASI sehingga tercipta pola kebudayaan dalam memberikan ASI
secara tanpa tambahan bahan makanan apapun. Berpedoman pada tujuan pendidikan
diperkirakan bahwa semakin meningkatnya pendidikan yang dicapai sebagian besar
penduduk, semakin membantu kemudahan pembinaan akan pentingnya pemberian ASI
pada bayi.
2)
Umur
Ibu
Umur adalah lama hidup
individu terhitung saat mulai dilahirkan sampai berulang tahun, (Nursalam,
2003).
Semakin cukup umur,
tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya
dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
dari pengalaman dan kematangan jiwa, (Nursalam, 2003).
3)
Pengetahuan
Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh FKUI tampak bahwa ibu yang berpendidikan rendah sampai
menengah lebih cepat memberikan susu botol daripada ibu yang tidak
berpendidikan formal. Ibu yang tidak formal sebagian telah mengetahui apa
manfaat serta keuntungan ASI sehingga mendorong ibu untuk menyusui bayinya
sendiri, (Notoatmodjo, 2005).
BAB III
KERANGKA
KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka
Konsep
Pemberian
ASI harus di persiapkan sedemikian rupa karena pengetahuan tentang ASI belum
dipahami sepenuhnya oleh masyarakat, keluarga, ibu-ibu, bahkan masih banyak
tenaga kesehatan yang belum memahami betul tentang pemberian ASI.
Berbagai
terobosan yang harus di lakukan untuk menggalakan ASI baik melalui media cetak
atau pun media elektronik, baik oleh kader maupunoleh tenaga kesehatan sendiri.
Pengetahuan dan pendekatan yang cukup sehingga ibu dapat mengambil suatu
sikap dan keputusan serta
bertanggungjawab terhadap kesehatannya, makin tinggi pendidikan seseorang makin
banyak informasi atau pengetahuan yang dimiliki dan begitu sebaliknya. Saat ini
pengetahuan ibu menyusui masih terkendala oleh pendidikan, usia, dan latar
belakang keluarga, dan ini merupakan kendala keberhasilan pemberian ASI.
|
|
||||||
B. Variabel
Penelitian
Variabel menurut saryono
merupakan gejala yang menjadi focus dalam penelitian. Variabel menunjukan
atribut dari kelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu
dengan yang lainnya dalam kelompok itu.
Variabel penelitian terdiri
dari :
1.
Variabel Bebas (Independen Variabel)
Merupakan
variabel yang menjadi sebab timbulnya suatu masalah. Variabel Independen dalam
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu.
2.
Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Merupakan
variabel yang di pengaruhi atau di akibatkan oleh adanya masalah. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pemberian asi eksklusif.
C. Defenisi
Oprasional
Menurut Hidayat, 2009 Defenisi
Operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang di amati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau fenomena. Defenisi operasional di tentukan berdasarkan parameter yang di
jadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukurannya merupakan cara
dimana variabel dapat di ukuyr dan di tentukan karakteristiknya.
Defenisi Operasional dalam
penelitian ini adalah :
1.
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif.
Tingkat
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif adalah pemahaman responden dalam menjawab
pertanyaan tentang ASI eksklusif yang meliputi pengertian, manfaat, keuntungan
ASI eksklusif yang di ukur mengunakan kuisioner dengan penilaian hasil
jawabannya menggunakan kriteria sebagai berikut :
a.
Baik :
Hasil presentase 76% - 100%
b.
Cukup :
Hasil presentase 56% - 75%
c.
Kurang :
Hasil presentase < 56%
(Wawan,2010)
Skala
: Ordinal
2.
Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian
ASI eksklusif adalah cara ibu dalam memberikan ASi saja kepada bayinya tanpa
adanya tambahan baik makanan ataupun minuman sampai usia bayi 6 bulan. Diukur
dengan menggunakan kuiseoner dengan penilaian jawabannya seperti di bawah ini.
a.
Jika ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya
maka skornya 1.
b.
Jika ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya maka sekornya 0
Skala :
Nominal
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1.
Ada pengaruh ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif
2.
Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap pemberian
ASI eksklusif
3.
Ada pengaruh pekerjaan terhadap pemberian ASI
eksklusif
4.
Ada pengaruh lama waktu kerja ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif
5.
Ada pengaruh iklan susu formula terhadap
pemberian ASI eksklusif
6.
Adanya pengaruh dukungan suami terhadap
pemberian ASI eksklusif
7.
Adanya pengaruh budaya terhadap pemberian ASI
eksklusif
BAB IV
METODE
PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
B.
Waktu dan Tempat Penelitian
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
2.
Sampel
D.
Tehnik dan Istrumen Penyimpulan Data
Menurut
Notoatmojdo, 2010 Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan
dalam pengumpulan data. Instrument yang di gunakan adalah kuisioner. Kuisioner
berisi beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu
terhadap pemberian ASI eksklusif.
E.
Tehnik dan Pengolahan Penyajian Data
Cara
pengolahan data
1.
Editing
Editing
adalah mengorek data yang meliputi kelengkapan atau jawaban yang tidak jelas.
Editing ini dilakukan di lapangan, apabila ada kesalahan terhadap data yang
keliru dengan segera. Notoatmodjo,2003).
2.
Scoring
Memberikan
alat pada masing-masing item yang terdapat pada pertanyaan tentang tingkat
pengetahuan dan sikap ibu menyusui terhadap ASI eksklusif.
a.
Untuk skor menggunakan pengetahuan
Nilai
1 : untuk jawaban benar
Nilai
0 : untuk jawaban salah
b.
Sikap
1)
Pertanyaan positif
Setuju :
3
Ragu-ragu :
2
Tidak Setuju :
1
2)
Pertanyaan Negatif
Setuju :
3
Ragu-ragu :
2
Tidak Setuju : 1
3.
Coding
Coding
adalah sebuah jawaban responden akan di beri kode sebelum data di input dalam
bentuk file untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut.
a.
Pengetahuan dikategorikan :
1)
Baik nilai 76 – 100 % dari skor kode 1
2)
Sedang nilai 56 – 75 % dari skor benar kode 2
3)
Kurang nilai < 56 % dari skor benar kode 3
b.
Sikap dikategorikan : sikap positif dan sikap
negative
4.
Tabulating
Memasukan
data dari hasil penelitian kedalam tabel-tabel sesuai kreteria
5.
Cleaning
Merupakan
kegiatan pembersihan data dengan cara pemeriksaan kembali data yang sudah
dientry. Apakah masih ada kesalahan atau tidak. Dalam kegiatan ini pemeriksaan
ulang terhadap data, pengkodean, dan scoring.
F.
Tehnik dan Analisa Data
Data
yang dikumpulkan dianalisa dalam bentuk statistik diskriptif. Analisa data
dalam penelitian ini meliputi distribusi frekuensi dan presentase dari setiap
variabel ( Notoatmodjo,2010). Sehingga dapat diketahui frekuensi atau modus
(terbanyak) tentang pengetahuan, sikap, dan karakteristikibu menyusui tentang
ASI eksklusif. Analisa data pada penelitian ini mengguanakan analisis data yang
menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel (Notoatmdjo, 2010).
0 komentar:
Posting Komentar