JAKARTA – World Health Organization (WHO) melansir persentase orang kegemukan atau overweight yang mencengangkan. Data selama 2010, di Indonesia tercatat 32,9 persen atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi kegemukan.
Persentase tadi bisa dibandingkan dengan data obesitas WHO pada 2008 yang hanya 9,4 persen. Dengan peningkatan jumlah penduduk yang kegemukan ini, ikut mendorong peningkatan faktor risiko penyakit kronis.
Dokter spesialis nutrisi Siloam Hospitals dr Samuel Oetoro M.S. Sp.GK menuturkan, penyakit kronis yang mengikuti orang dengan kondisi badan kegemukan cukup beragam. Di antaranya yang dominan adalah, hipertensi, serangan jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.
Tingginya angka penduduk yang obesitas di Indonesia, menurut Samuel disebabkan beberapa faktor. Di antaranya adalah, perubahan pola hidup di masyarakat. "Sekarang mengonsumsi junk food menjadi tren. Apalagi bagi anak muda," ucap dia.
Menurut Samuel, sel yang menyusun lemak merupakan sel-sel yang tua. Jika sel-sel tua ini menumpuk di organ tertentu, makan ikut menyeret usia organ tersebut menjadi lebih tua.
"Misalnya tumpukan lemak itu di jantung. Ya usia jantungnya mengalami penuaan," terang dia. Dengan kondisi penuaan yang lebih cepat tersebut, Samuel menjelaskan fungsi organ-organ tadi juga menurun lebih cepat.
Selama menjadi pendamping pasien yang ingin bobot tubuhnya turun, Samuel mengatakan pernah merekam rekor penurunan berat badan terbesar. Waktu itu, dengan diet yang tepat dan sehat, ada pasien yang memiliki berat badan 105 kg turun menjadi 73 kg dalam tempo delapan bulan.
Bagaimana caranya? Pertama, Samuel berperan tidak sebagai dokter. "Saya tidak menganjurkan makan ini, makan itu. Atau minum obat ini, dan obat itu," tandasnya. Tapi, di awal-awal upaya penurunan berat badan, Samuel mengatakan dokter lebih bersifat sebagai motivator.
Dia menegaskan, pola pikir pasien yang ingin susut berat badannya harus dibongkar. Di antara pola pikir yang dominan membentuk kegemukan adalah, orang berpikiran jika gemuk itu sama dengan sehat. "Itu tidak tepat. Anggapan itu yang harus dibongkar dulu," katanya.
Setelah pasien mantap jika harus memiliki berat badan ideal, baru selanjutnya masuk tahap anjuran mengatur pola makan, jenis makanan, olahraga, hingga jika perlu pemberian obat-obat tertentu. Untuk urusan mengatur makanan, Samuel memiliki tiga rumus. Yaitu, 3-J. Maksudnya, jumlah tidak berlebihan, jadwal tetap tiga kali sehari, dan jenis makanan yang tepat. Di antaranya, menggunakan beras merah atau roti gandum.
Samuel mengingatkan, membentuk tubuh kembali ramping cukup penting. Tapi, yang perlu ditekankan adalah tubuh ramping yang sehat. Jika tubuh ramping tetapi penyakitan, menurutnya adalah kegagalan upaya penurunan berat badan.
Untuk bisa ramping sekaligus sehat, Samuel menganjurkan untuk tetap rutin berolahraga. Seperti berjalan atau berlari. Jika berat badan sangat berlebihan, Samuel menganjurkan untuk olahraga bersepeda.
"Jika sangat gemuk memilih jalan kaki atau berlari, kasihan lututnya. Sebab harus menanggung tumpuan berat badan," pungkasnya. Samuel berharap, angka obesitas di negeri ini bisa menurun. (wan
0 komentar:
Posting Komentar