
Baru sekarang aku memberanikan diri membicarakan semua padamu. Karna kaupun tak pernah memberi kesempatan untukku bertemu denganmu. Bukankah sekarang kamu sangat acuh padaku. Ya, aku sakit hati dengan perlakuanmu itu. Tapi tak apalah, toh akupun juga sudah bukan apaapamu lagi. Tak ada hak jika aku harus marah-marah denganmu lagi.
Mmmm, selamat ya, akhirnya kamu mendapatkan cinta wanita yang daridulu kau puja. Tapi perlu kau tahu, aku cemburu!!
aneh ya, aku bisabisanya cemburu buta seperti ini. Apakah ini bisa diindikasikan bahwa aku masih mengharapkanmu? Hehehe, sudah lupakan saja, aku tak mau mengganggu hubunganmu dengannya. Aku tak mau menjadi wanita jahat yang merebutmu dari wanita yang juga menyayangimu.
Memang aku belum benar-benar bisa melupakanmu. Kau apakan sih aku, bisabisanya aku menjadi teramat menggilaimu? Kamu pelet aku ya? Ahh, jahatnya kamu.
Sebenarnya, ini sudah terlambat saat aku harus menjelaskan semuanya. Terlambat karna kaupun sudah bersamanya. Meski aku menyayangimupun, tentu kau tak akan bergeming mendengar celotehanku ini.
Ya iyalah, siapa sih aku ini? bukan siapasiapamu lagi, jadi tak ada hak lagi aku untuk marahmarah kepadamu.
Perpisahan kita dulu, bukan hanya salahmu. Aku turut andil dalam sekaratnya hubungan kita itu. Aku mengakuinya.
Aku yang terlalu egois, selalu memintamu berubah, selalu menasehatimu ini itu, beranggapan kalo aku selalu benar dan kamu selalu salah. Maafkan aku.
Aku yang tak pernah mau mengalah. Ngeyelan katamu. Maafkan aku.
Aku yang selalu membuatmu ragu, karna memang sepertinya tak pernah ku berucap sayang. Aku selalu bermasalah dengan gengsiku. Maafkan aku.
Tapi, tak cuma aku kan yang salah? Kamupun turut ambil bagian di dalamnya.
Diluar sifat-sifat kamu yang seperti itu, yang sering kuanggap kekanakkanakan, yang sering membohongiku, yang sering membuatku kecewa, ada satu kesalahanmu yang sangat fatal.
Kau mendekatiku matimatian, meski masih ada namanya di hatimu.
Arghh, apa maksud kamu seperti itu? Sengaja ingin melukaiku kah? Apa kamu ingat, saat pertama dulu, aku acuh, tetap saja kau mendekat.
Hingga saat aku luluh, kamu begitu saja pergi.
Memang aku yang menyudahi, tapi tak akan berakhir jika kamu memang benarbenar menyayangiku. Tentu, kamu akan mencoba meluluhkanmu lagi. Tapi apa? Kamu ikut saja saat aku menyudahi. Tak ada usaha apapun darimu. Tak berselang lama, bahkan kau kembali ke peluklan wanitamu dulu.
Sudah cukup jelas kurasa, kau tak benar-benar menyayangiku. Misal sayangpun, rasa sayangmu kepadaku, tak mempu melebihi rasa sayangmu ke wanita itu. Damn!!
Beraniberaninya kau bermain api di belakangku, hingga kita berdua terluka. Ah, aku tak yakin kau akan seterluka aku. Buktinya, langsung saja kau berlari kepadanya, seperti tanpa beban, seperti tanpa ingin kembali kepadaku. Ato janganjangan kau bahkan senang telah bersamamu, karna itu tujuanmu dari awal. Entahlah..
Dan kemarin2 sempat aku ingin merangkulmu kembali, jadi sahabatlah kalo kamu sudah tak mau menjadi yang seperti dulu. Tapi ternyata.. kamu mengacuhkanku! Sakit!!
Belum lagi fitnahmu itu. Kamu bilang kepadanya kalau akulah yang mendekatimu. Dan itu cukup emmbuatku mengerti, lelaki macam apa kau ini.. fuck!
Apa kau pernah merasa kehilanganku? Tak yakin kau kan merasa seperti itu. Tak seperti aku.
Kamu tau, setelah kau menghilang, aku sangat merasa down! Terserah mau bilang aku seperti apa. Aku memang telah lemah. Merasa tak rela kau pergi begitu saja.
Sejujurnya, aku ingin membuatmu terpuruk saat kau jauh dariku. Tapi yang terjadi adalah kebalikannya. Aku kelabakan mengetahui setiap tingkahmu.
Aku yang terlalu bodoh, atau kamu memang raja tega? aku tak tau..
Hmm..
Maafkan aku jika baru sekarang aku ngomong gini sama kamu. Sangat tak ada maksud untuk merusak hubunganmu dengannya. SANGAT TIDAK!!
Karna aku tahu, aku juga wanita sama sepertinya.
Tak ada pilihan lain, kecuali aku harus ikhlas melepasmu.
Tak ada pilihan lagi, kecuali aku harus belajar dewasa dari semua ini.
Secara tidak langsung, kau mendewasakanku.
Eh, makasih ya sudah mau mendengarkanku. Aku tak akan memintamu memelukku lagi, meski untuk yang terakhir kali, karna kau pasti tak akan mau. Hahahah..
Makasih..
0 komentar:
Posting Komentar