Posisi menentukan prestasi Dan Prestasi menetukan Posisi

Senin, 25 Juni 2012

Asuhan Keperawatan Urtikaria


KATA PENGANTAR

Rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang di harapkan. Dalam makalah ini kami membahas          “Askep Urtikaria”, sesuai pemahaman yang diketahui masyarakat.
Makalah ini di buat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang penyakit “Urtikaria” sangat di perlukan dalam satu harapan agar mendapatkan manfaat dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “ Keperawatan Medikal Bedah III  . Dalam proses pendalaman materi ini, tentu kami mandapat bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu  terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :
1.         Delviyanto S. Kep, Ners selaku dosen mata kuliah ” Keperawatan Medikal Bedah III” dan Tim pengajar mata kuliah KMB III.
2.         Anggota kelompok yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.
Billahi fi sabililhaq fastabiqul khairat,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Pontianak,6 Juni 2012

Penyusun
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang..............................................................................................................1
2.      Rumusan Masalah.........................................................................................................2
3.      Tujuan Masalah.............................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
1.      Anatomi Fisiologi Kulit................................................................................................4
2.      Definisi Urtikaria..........................................................................................................9
3.      Etiologi Urtikaria.........................................................................................................10
4.      Patofisiologi Urtikaria..................................................................................................11
5.      Pathway Urtikaria.........................................................................................................12
6.      Manifestasi Klinik Urtikaria........................................................................................12
7.      Klasifikasi Urtikaria.....................................................................................................13
8.      Pemeriksaan Diagnostik Urtikaria...............................................................................14
9.      Komplikasi Urtikaria....................................................................................................14
10.  Pencegahan Urtikaria...................................................................................................15
11.  Penatalaksanaan Urtikaria............................................................................................16
12.  Epidemologi Urtikaria..................................................................................................16
13.  Prognosis Urtikaria.......................................................................................................17
14.  Asuhan Keperawatan Urtikaria....................................................................................18
BAB III : PENUTUP
1.      Kesimpulan...................................................................................................................26
2.      Saran.............................................................................................................................26
Daftar Pustaka..........................................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Urtikaria merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami urtikaria.
Urtikaria atau lebih di kenal dengan biduran adalah suatu gejala penyakit berupa gatal-gatal pada kulit di sertai bercak-bercak menonjol ( edema ) yang biasanya disebabkan oleh alergi ( www.urtikaria.com )
Asuhan Keperawatan - askep Urtikaria
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham, brown. 2205).
Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya urtika atau edema setempat yang menyebabkan penimbulan di atas permukaan kulit yang di sertai rasa sangat gatal ( ramali, ahmad. 2000 )
1
2
Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang.
Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata.













3
B.       RUMUSAN MASALAH

1.      Anatomi fisiologi kulit
2.      Definisi Urtikaria
3.      Etiologi Urtikaria
4.      Patofisiologi Urtikaria
5.      Tanda dan gejala Urtikaria
6.      Klasifikasi Urtikaria
7.      Pemeriksaan Diagnostik Urtikaria
8.      Komplikasi Urtikaria
9.      Pencegahan Urtikaria
10.  Penatalaksanaan Urtikaria
11.  Epidemologi Urtikaria
12.  Prognosis Urtikaria
13.  Asuhan Keperawatan Urtikaria

C.       TUJUAN MASALAH

1.      Pendeskripsian Anatomi Fisiologi Kulit
2.      Pendeskripsian Defenisi Urtikaria
3.      Pendeskripsian Etiologi Urtikaria
4.      Pendeskripsian Patofisiologi Urtikaria
5.      Pendeskripsian Tanda dan Gejala Urtikaria
6.      Pendeskripsian Klasifikasi Urtikaria
7.      Pendeskripsian Pemeriksaan Diagnostik Urtikaria
8.      Pendeskripsian Komplikasi Urtikaria
9.      Pendeskripsian Pencegahan Urtikaria
10.  Pendeskripsian Penatalaksanaan Urtikaria
11.  Pendeskripsian Epidemologi Urtikaria
12.  Pendeskripsian Prognosis  Urtikaria
13.  Pendeskripsian Askep Urtikaria

BAB II
PEMBAHASAN

ANATOMI FISIOLOGI KULIT

v  KULIT

Kulit merupakan sistem tubuh yang paling luas.
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi dan melindungi permukaan tubuh.
Pada permukaan kulit bermuara kelenjar dan kelenjar mukosa.
Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.
Luas : 1,50 – 1,75 m.Tebal rata – rata : 1,22mm.
Daerah yang paling tebal : 66 mm, pada telapak tangan dan t. kaki dan paling tipis : 0,5 mm.pada daerah penis.


v  LAPISAN KULIT
KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN:
1. EPIDERMIS
Terbagi atas 4 lapisan:
a. Lapisan basal / stratum germinativum
§  terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
§  Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
§   Lapisan terbawah dari epidermis.
4
5
§  Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin(melindungi kulit dari sinar matahari.

b. lap. Malpighi/ stratum spinosum.
§  Lapisan epidermis yang paling tebal.
§  Terdiri dari sel polygonal
§  Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
c. lap. Granular / s. granulosum.
1.   Terdiri dari butir – butir granul keratohialinyang basofilik.
d. lapisan tanduk / korneum.
1.    Terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa inti.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
1.    Mengusir mikroorganisme patogen.
2.    Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
3.    Unsure utam yang mengerskan rambut dan kuku.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu :
1. Sel merkel.
Fungsinya belum dipahami dengan jelastapi diyakini berperan dalam pembentukan kalus dan klavus pada tangan dan kaki.

6
2. Sel langerhans.
Berperan dalam respon – respon antigen kutaneus.Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan.Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

2. DERMIS.( korium)
·        merupakan lapisan dibawah epidermi
·        Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.( terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan Retikularis yang terdapat banyak p. darah , limfe, dan akar rambut, kelenjar keringat dan k. sebaseus.
3. JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS.
·        Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
·        Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang.
·        Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
·        Sebagai bantalan terhadap trauma.
·        Tempat penumpukan energi.

v  KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT

1.      Kelenjar Sebasea

Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
2.       Kelenjar keringat
7
Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a. kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit
Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.
Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
b. kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut.
Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid. K.Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yangmenghasilkan serumen(wax).

v  PELENGKAP KULIT

1.            RAMBUT

§  LANUGO rambut halus tak berpigmen terdppt pada bayi.
§  RANBUT TERMINAL  padao rang dewasa banyak mengandung pigmen, kasar. Terdapat di kepala, bulu mata, alis, kumis, pubis, janggut dan pertumbuhanya dipengaruhi oleh hormon androgen ( hormon seks).
§  VELUS rambut halus di dahi dan badan lain.
§  Rambut tumbuh dari folikel rambut didalam epidermis.
§  Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas
§  Dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh.
§  Akar rambut berada dlm folikel pada ujung paling dalam
§  Bagian sebelah luar disebut batang rambut
§  Pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sbg penegak rambut

8
2.            KUKU

§  Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah tertanamdalam palung     kuku menurut garis lekukan pada kulit.
§  Palung kuku mendapat persarafan dan pembuluh darah yg banyak
§  Bagian kuku: ujung kuku atas ujung batas, badan kuku yg mrpkan bagian yang besar, akar kuku/ radik

3.            KELENJAR KULIT

§  Kelenjar kulit mempunyai lobulus      yang bergulung-gulung dengan saluran keluar lurus merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat    dari badan (Kelenjar keringat).


v  FUNGSI KULIT

Ø  Melindungi tubuh terhadap luka, mekanis, kimia dan termis karena epitelnya dengan bantuan sekret kelenjar memberikan perlindungan terhadap kulit.
Ø  Perlindungan terhadap mikro organisme patogen.
Ø  Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi darah.
Ø  Mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar.
Ø  Alat indera melalui persarafan sensorik dan tekanan temperatur dan nyeri.
Ø  Sbg alat rangsangan rasa yg datang dr luar yg dibawa oleh saraf sensorik dan motorik keotak.




9
A.     Definisi
https://saktyairlangga.files.wordpress.com/2012/04/baru1.jpg?w=150&h=144

            Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi oleh haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang ditandai dengan adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. Pada umumnya kita semua pernah merasakan salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal. Gambaran patologis yang utama adalah didapatkannya edema dermal akibat terjadinya dilatasi vascular, seringkali sebagai respons terhadap histamine (dan mungkin juga mediator-mediator yang lain) yang dilepas oleh sel mast.(Tony, 2005)
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain. Satu episode akut umumnya berlangsung 24-48 jam.
10
Pengertian Urtikaria adalah lesi di kulit yang ditandai khas dengan urtika. Pengertian urtikaria yang lain adalah reaksi vaskular dari dermis yang ditandai dengan gambaran sementara dengan bercak atau bejolan, lebih merah atau lebih pucat dari pada kulit disekitarnya dan seringkali ditandai dengan gatal yang sangat hebat. Urtikaria sering dikenal oleh orang awam dengan biduran
Sebenarnya macam dari urtikaria ini sendiri sangat banyak, misalnya:
Ø  urtikaria karena tekanan
Ø  urtikaria karena dingin (udara)
Ø  urtikaria cahaya
Ø  urtikaria kontak (biasanya karena eksposure pekerjaan)
Ø  urtikaria idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
Ø  urtikaria kolinergik (karena gigitan serangga)

B.     Etiologi Urtikaria
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya:
§  Jenis obat-obatan yang menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin, bronide, serum, vaksin, opium, obat-obatab hormonal, vaksinasi, pil kontrasepsi, dll.
§  Makanan. Contohnya adalah susu, keju, telur, gandum, ikan, ayam, dll. Zat pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria. jenis makanan yang dapat menyebabakan alergi misalnya: telur, ikan, kerang, coklat, jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dll.
§  Faktor psikologis pasien misalnya : Krisis emosi, Stress. Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stress emosional dapat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan seseorang meningkat kemungkinan terjadi urtikaria.
§  Pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas,sinar matahari,tekanan atau air.
§  Lingkungan. Terpapar dengan debu rumah, jamur, perubahan temperatur, serbuk sari bunga, dll.


11
§  Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll.
§  Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk, lebah dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri.


C.     Patofisiologi Urtikaria
Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas.
Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah berikatan dengan sel mast sebelumbnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit, yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu, pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.



12
D.     PATHWAY

Faktor-faktor pencetus :
Fx. Imunologik/non imunologik

Sel mast Basofil

Pelepasan mediator
(H, SRSA, Serotonin,Kinin)

Vasodilatasi permeabilitas kapiler meningkat

Urtikaria

E.      Tanda dan Gejala
1.   Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2.   Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar benjolan tersebut.

13
3.   terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar mata, bibir dan di dalam orofaring.
4.  adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.

C. Klasifikasi
1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi penyebabnya adalah:
Ø  adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
Ø  akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan strouberi.
Ø  akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.

14
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
Ø  heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
Ø  urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi
Ø  cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
Ø  pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan
Ø  contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi
Ø  aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air
Ø  solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar mataha
Ø  vaskulitik urtikaria
Ø  cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress

F.      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding nya adalah :
1.      Ig E test
2.      ANA test
3.      skin tes
4.      Pemeriksaan darah, urin, feses ruti
5.      Pemeriksaan Histopatologik
6.      Tes eleminasi makanan
7.      Tes Provokasi
8.      Tes Alergi

G.     Komplikasi

Ø  Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan sebaliknya sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti pada penderita penyakit jantung.

15
Ø  Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup

H.     Pencegahan

1.    Hindari Penyebab
Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab/pencetus terjadinya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit (tes alergi). Sayangnya, penderita terkadang alergi terhadap banyak hal, dan ini tentu sungguh membutuhkan ketelatenan penderita untuk mengidentifikasinya.
Penyebab alergi yang perlu Anda waspadai:
a.         Makanan. Meliputi susu sapi, telur ayam, daging ayam, ikan (terutama ikan laut), udang (ebi), kepiting dan kacang-kacangan (kacang tanah, kacang mede). Sebagai sumber protein pengganti, dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai. Susu kedelai mengandung protein yang tidak menimbulkan alergi. Kadar asam amino lisinnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan nilai gizi protein pada nasi yang umumnya rendah kadar lisinnya. Secara umum susu kedelai juga mengandung vitamin B1, B2 dan niasin dalam jumlah yang setara dengan susu sapi.
b.         Obat-obatan tertentu. Biasanya dari golongan pereda nyeri (aspirin, antalgin) dan antibiotik (amoksisillin, kotrimoksazol).
c.         Cuaca. Terutama yang terlalu dingin atau panas. Urtikaria yang disebabkan oleh cuaca dingin biasanya menyerang orang dewasa muda dan dapat timbul jika udara menjadi semakin dingin. Untuk itu, bila cuaca dingin, usahakan aktivitas dilakukan di dalam ruangan. Gunakan masker/penutup hidung untuk mengurangi suhu dingin.
d.         Debu dan polusi. Bersihkan rumah dari debu secara rutin, terutama kamar tidur dan tempat tidur. Batasi pemakaian karpet di dalam rumah.
e.         Tekanan dan goresan. Urtikaria yang disebabkan oleh tekanan biasanya terjadi pada mereka yang menderita dermografisme yang berupa goresan pada kulit. Tekanan akibat goresan ini juga dapat memicu urtikaria.
16
f.          Stres. Hindari keadaan yang dapat membuat stres secara emosional, karena urtikaria juga dapat dipicu oleh faktor psikologis pasien.

2.    Olahraga Teratur
Penyakit alergi berkaitan erat dengan daya tahan tubuh. Bila daya tahan tubuh lemah, mudah sekali muncul gejala-gejalanya. Olahraga yang dianjurkan misalnya berjalan kaki, berenang, bersepeda, berlari dan senam.

I.          Penatalaksanaan   
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya akut tidak perlu adanya pengobatan secara intensif karena urtikaria pada tahap ini gejalanya tidak berlansung lama dan bisa sembuh sendiri.
Tetapi pada urtikaria kronik bisa di lakukan pengobatan dengan menggunakan anthihistamin. Obat ini merupakan pilihan utama adalah penanganan urtikaria.
Ø Menurut www.tempo.co.id/medika/arsip/04200/kas-1htm, ada beberapa tindakan yang harus di lakukan dalam penangnan urtikaria adalah :mencari dan menghindari bahan atau keadaan yang menyebabkan urtikaria.
Ø  untuk menghilangkan rasa gatal dapat di oleskan sedikit tepung soda bakar yang sudah di campur dengan air atau 1/10 larutan menthol dalam alkohol.

J.         Epidemologi
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibanding orang muda. Umur rata-rata penderita urtikaria adalah 35 tahun, dan jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun. Beberapa referensi mengatakan urtikaria lebih sering mengenai wanita dibanding laki-laki yaitu 4:1, namun perbandingan ini bervariasi pada urtikaria yang lain.

17
K.      Prognosis
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat diatasi. Kebanyakan kasus dapat disembuhkan dalam 1-4 hari. Urtikaria kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari. Hal ini juga tergantung dari penyebab dari urtikaria itu sendiri.
Prognosis pada urtikaria akut sangat baik, dimana pada kebanyakan kasus sembuh dalam beberapa hari. Biasanya urtikaria dapat dikendalikan dengan pengobatan simtomatis antihistamin. Jika faktor pencetus sudah diketahui, menghindari faktor tersebut merupakan terapi terbaik. Urtikaria akut menyebabkan ketidaknyamanan namun tidak menyebabkan kematian, kecuali berkaitan dengan penyakit angioedema yang menyerang saluran pernapasan atas, jika pasien sering terpapar faktor pemicu, dapat berubah menjadi urtikaria kronik (Djuanda, 2008).
Derajat penyakit tergantung dari kondisi keparahan dan durasi penyakit. Sebuah penelitian menenmukan bahwa urtikaria dapat menyebabkan stress psikologis, sosial dan pekerjaan layaknya pasien yang akan dioperasi jantung (Wong, 2011).












BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA URTIKARIA

           
A.   PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada klien cystitis menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
1.pengumpulan data:

I. Biodata
• Identitas klien : nama,umur,jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,tanggal
MRS,tanggal pengkajian,diagnostic medic.
• Identitas penanggung : nama,umur,jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,hubung
An dengan klien.

II. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga dating ke RS untuk menerima pertolongan dan mendapatkan perawatan serta pengobatan.
• Riwayat kesehatan sekarang
Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya : pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat , pasien menyatakan nyeri beberapa lama ,letak nyeri,dll.
• Riwayat kesehatan masa lalu
Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit sebelumnya dan riwayat pemeriksaan klien.apakah alergi terhadap zat makanan,cuaca,obat-obatan,dsb.
Misalnya pada kasus cystitis yang perlu dikaji yaitu : riwayat menderita infeksi saluran

18
19
kemih sebelumnya,riwayat pernah menderita batu ginjal ,riwayat penyakit DM, dan jantung.

• Riwayat kesehata keluarga
Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama adakah anggota keluarga yang menderita penyakit akut / kronis serta melampirkan genogram klien.

III. Pemeriksaan fisik,meliputi :
1) Keadaan umum
• Keadaan fisik : sedang,ringan,berat
• Tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi,suhu,pernafasan
• Tingkat kesadaran : composmentis,apatis,spoor,somnolent
2) Kulit
• Inspeksi : warna kulit dan kebersihan kulit
• Palpasi : suhu,tekstur,kelembaban,apakah ada nyeri tekan, apakah ada mas
sa / benjolan atau apakah ada odema.
3) Kepala
• Inspeksi : apakah penyebaran rambut merata ,apakah ada luka di kepala,apa
Kah kebersihan kulit terjaga.
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa / benjolan
4) Wajah
• Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak pucat atau tidak.
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.
5) Mata
• Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat atau tid
ak ,apakah palpebra oedema atau tidak.
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.
6) Hidung
• Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan
20
7) Telinga
• Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan
8) Mulut
• Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan
9) Leher
• Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
• Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
10) ketiak
• Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening
• Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening
11) Dada dan pernapasan
• Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris kiri dan kanan
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
• Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympani
• Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler,apakah ada sua
ra tambahan,misalnya : roles,ronchi.
12) Jantung
• Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis pada ve
ntrikel kiri ICS 5 linea clavikularis kiri
• Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan pukulan/ kekuat
an getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR) selama satu
menit penuh.
• Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung
• Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung
13) Abdomen
• Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase,apakah permukaan abdomen dat
ar ,pengembangan diafragma simetris kiri dan kanan
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa/benjolan
• Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak
• Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah peristltik ususnya
21
normal atau tidak.
14) Genetalia dan anus
• Inspeksi : apakah ada benjolan atau tidak
• Palapsi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
15) Ekstermitas
a. Ekstermitas atas
• Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
• Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
• Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
• Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,temperature,ra
sa ,gerak dan tekanan.
b. Ekstermitas bawah
• Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
• Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
• Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
• Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,temperature,ra
sa ,gerak dan tekanan.

IV. Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut GORDON ada 11pola kegiatan sehari-hari yang meliputi : kebutuhan nutrisi,kebutuhan cairan,kebutuhan eliminasi,istirahat,personal hygiene,persepsi kognitif,persepsi dan konsep diri,aktivitas dan latihan,kebutuhan seksual,mekanisme koping,kepercayan / keyakinan.adapun data dasar pengkajian pada pasien dengan urtikaria adalah :
- Aktivitas atau istirahat
o Gejala : malaise,perubahan pola tidur
- Sirkulasi
o Tanda : TD normal/sedikit dari jangkauan normal (selama curah jantung
22
Tetap meningkat) kulit hangat kering,bercahaya,pucat,lembab.
- Eliminasi
o Gejala : -
- Makanan atau cairan
o Gejala :Jarang ditemukan pada pasien anoreksia
o Tanda :Jarang ditemukan pasien dengan keadaan penurunan BB. Penurunan lemak subkutan/massa otot (malnutrisi). Pengeluaran haluaran konsentrasi urine. Perkembangan kearah oliguri, auria.
- Neurosensori
o Gejala :Sakit kepala, pusing, pinsang
o Tanda :Gelisah, ketakutan
- Nyeri/ ketidaknyamanan
o Gejala :Kejang obdominal, lokalisasi rasa sakit, pruritas umum (urtikaria).
- Pernafasan
o Tanda :Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan, suhu: umumnya meningkat (37,95 C atau lebih), tetapi kadang subnormal.
- Seksualitas
o Gejala :Pruritas perineal
o Tanda :Maserasi vulva, pengeringan vagina purulen.
- Penyuluhan / pembelajaran
o Gejala :Masalah kesehatan kronis/melemahkan, misalnya: hati, ginjal, DM, kecanduan alcohol, penggunaan anti biotic (baru saja atau jangka panjang).

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : pruritus berhubungan dengan vasodilatasi subkutan
2. Gangguan citra diri tubuh berhubungan dngan angioedema
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan gatal
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
5. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan

23
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Tujuan : Kebutuhan tidur dapat terpenuhi
Intervensi :
1. menghindari minuman yang mengandung kafein, pada malam hari
2. menggunakan rutinitas waktu tidur atau ritual untuk memudahkan transisi dari kerejagaan ke tidur
3. latihan atau olahraga dengan teratur
4. pertahankan ventilasi dan kelembaban kamar tidur dalam keadaan yang baik
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan angiodema
Tujuan :Agar dapat mengekspresikan perasaan dan masalah yang menyebabkan penurunan citra tubuh
Intervensi :
1. Kaji makna perubahan pada pasien
Rasional :Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tidak diantisipasi, membuat perasaan kehilangan pada perubahan actual/yang dirasakan.ini memerlukan dukungan perbaikan optimal
2. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan.Pada penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan
Rasional :Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dengan perawat.
3. Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas
Rasional :Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Rasional :meringankan beban psikologis klien.
24
5. HE kepada keluarga pasien tentang bagaimana mereka dapat membantu pasien.
Rasional :Keluarga dapat meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respons yang lebih membantu pasien.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan gatal.
Tujuan :Pasien menunjukkan kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
Intervensi:
1. Kaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit
Rasional :Untuk mengetahui kebiasaan tidur klien serta gangguan yang dirasakan, dan membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2. Beri posisi yang nyaman.
Rasional :Posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga menstimulasi untuk tidur
3 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional :Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman sehingga

mempermudah klien tidur.
4 .Anjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur.
Rasional :Pencernaan protein menghasilkan triptopan yang mempunyai efek sedative
5. Menghindari minuman yang mengandung kafein,pada malam hari.
Rasional :Memudahkan pasien untuk dapat tidur.

4. Anxietas berhubunga dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan :Pasien akan menunjukkan kecemasan berkurang/ teratasi dengan kriteria:
a.Pasien dapat menerima keadaanya
b.Ekspresi wajah rileks
c.Pasien tampak tenang
Intervensi :
25
1. Observasi tingkat kecemasan pasien.
Rasional :mengetahui sejauh mana kekhwatiran / kecemasan pasien dan pemahaman pasien mengenai penyakitnya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
Rasional :Mengurangi beban perasaan pasien.
3. Bina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.
Rasional :Meningkatkan hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien.
4. Beri doronga spiritual.
Rasional :Membantu pasien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menerima keadaanya denga ikhlas.
5. HE tentang penyakit yang diderita pasien.
Rasional :Dengan informasi denga baik dapat menurunkan kecemasan pasien.

5 . Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan.
Tujuan :Tidak terjadi kerusakan jaringan kulit.
Intervensi :
1. Kaji dan catat keadaan dan warna kulit
Rasional :Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan derajat kerusakan kulit.
2. Pijat kulit dengan lembut.
Rasional :Memperbaiki sirkulasi darah
3. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk.
Rasional :Menghindari kerusakan kulit
4. Kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal.
Rasional :Dapat mengurangi gatal yang timbul.




BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Urtikaria adalah reaksi vaskuler di kulit akibat faktor imunologik dan non-imunologik, biasanya ditandai dengan edema setempat yang timbul mendadak dan menghilang perlahan-lahan. Urtikaria dapat terjadi pada semua umur. Penyebabnya yaitu faktor imunologik (reaksi hipersensitivitas tipe I, II, III, IV, dan genetik) dan faktor non-imunologik (bahan kimia pelepas mediator, faktor fisik, efek kolinergik, alkohol, emosi, demam). Gejala yang timbul biasanya berupa edema setempat yang eritem, kemudian biasanya disertai gatal. Pengobatan yang selama ini diberikan sesuai dengan kausa dan diberikan juga anti histamin.
B.    Saran
Setelah kami menyimpulkan tentang URTIKARIA, kami menyarankan dan menghimbau kepada segenap pembaca untuk dapat menjaga kesehatannya agar tidak mudah terserang penyakit, Karena tanpa kita sadari bahwa timbulnya suatu penyakit disebabkan oleh lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Dan tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa kami menyadari bahwa dalam peulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan perhatikan.








26
DAFTAR PUSTAKA



1. Aishah S. Urtikaria. ln:Djuanda A, Hamzah Mochtar, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Tempat. Indonesia: Balai Penerbit FKUI Jakarta; 2007.p.169-81
2. Arnold H L, Odom R B, James W D. Urticaria in : Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. USA: WB Saunders; 1990.p.1147-57
3. Moschella S L, Hurley H J. Disorder of immunity hypersensitivity and inflammation in : Dermatology 3rd Edition. USA: W.B.Saunders Company; 1992.p.286-301.
4. Grattan C, Black A. Urticaria and Angioedema. ln:Horn D, Mascaro J, Saurat J, Mancini A, Salasche S, Stingl G,eds. Dermatology Volume One. Inggris: Mosby; 2003.p. 287-302
5. Habif T P. Urticaria and Angioedema in : Clinical Dermatology 4th Edition A color Guide To diagnosis and therapy . London: Mosby; 2004.p.129-59.
6. Soter N A . Urticaria and Angioedema in : Fitzpatrick Dermatology in General Medicine 5th Edition Volume One . New York: McGraw Hill;1999.p.1409-19.
7. Sheikh J. Urticaria . ( Online ). (2007 ). ( 22 screens ). Available from : URL:http://www.emedicine.com. Accessed on : 05/06/2008.
8. Orkin M, Maibach H I, Dahl M V. Urticaria and Angioedema in : Dermatology 1st Edition . Minessota. Prentice Hall Intternational Inc. 1991 : 417-21.
9. Baratawidjaja K. Imunologi Dasar. Indonesia: Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.p.46-48
10. Linscott M S. Urticaria. ( Online ). ( 2008 ). ( 19 screens ), Available from : URL:http://www.emedicine.com . Accessed on : 05/06/2008.
11. Siregar R S. Urtikaria dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 2. Jakarta: EGC; 2003.p.124-26.
12. Baskoro A, Soegiarto G, Effendi C, Konthen PG. Urtikaria dan Angioedema dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2006.p.257-61.



iii

0 komentar:

Posting Komentar